Breaking News

Misi Allianz Tawarkan Perlindungan Penyakit Kritis CI 100

Belakangan ini, serangan jantung pada masyarakat yang berusia muda kerap kali terjadi. Itu terjadi bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di belahan dunia lainnya. Serangan jantung adalah salah satu contoh penyakit kritis, di mana sebanyak 61 persen dari kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kritis.
Dan di Tanah Air, usia rata-rata nasabah yang melakukan klaim asuransi terkait penyakit kritis adalah 43 tahun. Penyebabnya bisa jadi pola hidup yang tidak sehat. Selain melakukan perbaikan terhadap pola hidup, masyarakat juga memerlukan hal lainnya, yakni sebuah proteksi. Hal itu bisa didapatkan dari asuransi.
Serangan jantung, atau penyakit kritis lainnya, seperti kanker, membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Dana yang digelontorkan masyarakat untuk penyakit kanker bisa puluhan hingga ratusan juta. Karena penyakit kritis seperti itu penanganannya tidak bisa sekali saja, tetapi kontinu.
Lantas, apakah ada produk asuransi yang mau memberikan perlindungan kepada mereka yang berpenyakit seperti itu? Ada, yaitu Allianz Smartlink CI 100. Produk ini adalah tambahan (rider) dari produk asuransi Smartlink Flexi Account Plus.
Konferensi pers terkait Allianz Smartlink CI 100
“Penyakit kritis adalah momok yang menakutkan bagi setiap orang,” terang Joachim Wessling, Direktur Utama Allianz Life Indonesia, di Jakarta, Rabu (3/7/2013). Dia menerangkan, kebanyakan masyarakat di kota besar sulit untuk melakukan gaya hidup sehat, seperti berolahraga, karena kesibukan pekerjaan. Alhasil, kemungkinan mereka terkena penyakit kritis pun lebih besar.
Penyakit kritis, menurut dia, membutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam pengobatan. Bahkan, pekerjaan pun bisa hilang karena penyakit tersebut. “Karena tidak bisa secara fisik mengerjakan pekerjaannya,” imbuh dia. Di sini, penting bagi masyarakat untuk memiliki asuransi untuk membantu mereka dalam membiayai pengobatan suatu penyakit.
Allianz sendiri telah melakukan survei terhadap 1.944 orang responden di 11 kota besar di Indonesia, seperti di Jakarta, Manado, dan Bali. Hasilnya, 95 persen responden menyatakan bahwa mereka sadar akan risiko penyakit kritis dan tingginya biaya pengobatan yang dikeluarkan.
Todd Swihart, Direktur Allianz Life Indonesia, mengatakan, jumlah klaim yang dibayarkan terkait penyakit kritis di Allianz bisa mencapai 500-600 klaim per tahun. Tahun 2012 saja, klaim yang telah dibayarkan terkait penyakit itu mencapai 496. Kembali menurut data perusahaan, lima penyakit kritis yang paling banyak diklaim dalam dua tahun terakhir adalah kanker, stroke, penyakit jantung, gagal ginjal, dan tumor otak jinak.
Melihat hal itu, Allianz pun bergerak cepat dengan menelurkan Allianz Smartlink CI 100. Ginawati Djuandi, Chief Agency Officer Allianz Life Indonesia, yang juga hadir dalam kesempatan yang sama, menuturkan, misi perusahaan mengeluarkan produk ini bukan hanya untuk menjual produk semata, tetapi juga melihat betapa pentingnya masyarakat mempunyai proteksi terhadap penyakit kritis. “Misi kami untuk membantu masyarakat kelas menengah memiliki proteksi ini,” tegas dia.
Lantas, apa saja yang ditawarkan oleh produk ini? Todd menuturkan, perlindungan terhadap tertanggung dimulai dari kondisi awal sampai dengan kondisi akhir. Bahkan, untuk beberapa penyakit kritis, nasabah diberikan perlindungan hingga kondisi terparah. “Tidak ada produk penyakit kritis lain di Indonesia yang mau menangani dari awal, menengah, hingga akhir,” ungkap Todd.
Gebrakan lainnya adalah tertanggung mendapatkan perlindungan sampai usia 100 tahun dengan usia masuk hingga 70 tahun. Nasabah pun berhak mengajukan klaim lebih dari satu kali. Bisa juga mendapatkan tambahan uang pertangggungan jika tertanggung harus menjalani angioplasty dan jika terdiagnosa komplikasi diabetes.
“Kami berharap Allianz Smartlink CI 100 dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sebagai komitmen kami dalam memberikan dan menghasilkan sesuatu bagi para nasabah kami,” tandas Joachim. (EVA)